TABANAN | Lintas Dewata – Di antara hamparan hijau sawah yang menakjubkan di Jatiluwih, Tabanan, terdapat bangunan-bangunan kecil yang dikenal sebagai “bado.” Dengan ukuran yang bervariasi antara 4×3 meter hingga 4×5 meter, bado ini menjadi bagian integral dari lanskap pertanian yang indah dan berfungsi sebagai simbol kesederhanaan serta kearifan lokal masyarakat setempat.
Bado, yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti bambu dan atap daun rumbia, mencerminkan tradisi arsitektur yang ramah lingkungan. Bangunan ini biasanya digunakan oleh petani untuk menyimpan alat pertanian, beristirahat, atau bahkan sebagai tempat berkumpul bagi keluarga dan komunitas. Keberadaan bado di tengah sawah tidak hanya menambah keindahan visual, tetapi juga menciptakan suasana yang harmonis antara manusia dan alam.
Jatiluwih sendiri dikenal sebagai salah satu kawasan pertanian terasering yang diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia. Keberadaan bado di area ini semakin memperkuat daya tarik wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam serta merasakan kehidupan pedesaan yang autentik.
Dengan latar belakang pegunungan dan sawah yang terhampar luas, bado menjadi spot foto yang menarik bagi para pengunjung yang ingin mengabadikan momen di tengah keindahan alam Bali. Melalui keberadaan bangunan kecil ini, masyarakat Jatiluwih tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memperkaya pengalaman wisata yang ditawarkan kepada pengunjung.
Dengan demikian, bado bukan hanya sekadar bangunan, tetapi juga representasi dari budaya dan kehidupan masyarakat yang selaras dengan alam di Jatiluwih, Tabanan.